Menghadapi perilaku anak yang aneh-aneh membuat orang tua pusing.
Ketika melihat tingkah laku anak-anak yang lucu dan menggemaskan bisa
membuat kita senang, tertawa dan bahagia. Namun kadang-kadang orang tua
menjadi kewalahan menghadapi perilaku anak-anak kita yang sulit diatur
dan maunya hanya mengikuti kemauannya sendiri. Bahkan seringkali orang
tua kehilangan akal sampai menggunakan cara-cara kekerasan baik
kekerasan verbal (membentak, memarahi) maupun kekerasan fisik (memukul,
mencubit) demi mendisiplinkan anak.
Berdasarkan penelitian di bidang Neurologi, ternyata anak-anak yang
seringkali mendapatkan label/ucapan yang negatif, teriakan atau bentakan
dari lingkungannya, maka batang otak si anak akan mengalami
pembengkakan yang akan menekan sistem limbik yang sangat berperan dalam
mengendalikan emosi. Karena itu, tidak heran bila anak-anak yang kerap
kali mendapatkan label negatif, bentakan dan teriakan apalagi dengan
hukuman fisik, maka kelak ia akan mengalami kesulitan dalam
mengendalikan emosi serta dalam membentuk konsep diri yg positif. Hal
inilah yg sebaiknya perlu disadari oleh para orang tua agar bersedia
untuk berubah dan belajar mengatur serta mengendalikan emosi dengan
lebih baik lagi.
Ada beberapa hal yang bisa di lakukan orang tua dalam menghadapi perilaku anak, yaitu :
Pernakah kita bersyukur telah menjadi orang tua, dimana
ditengah-tengah sekitar kita masih banyak orang yang menginginkan anak,
sedangkan kita telah memperoleh karunia terindah dalam kehidupan kita.
Untuk itu, salah satu cara bersyukur kita adalah dengan memahami akan
peran sebagai orang tua, Hal ini sangatlah penting untuk dipahami karena
disinilah awal dari orang tua untuk bisa memahami dan mengerti mengenai
dunia anak-anak. Anak-anak yang sangat membutuhkan orang tuanya untuk
memperoleh perawatan, pengasuhan, pembimbingan dan pendidikan dari orang
tuanya. Bagaimana tugas dan perannya sebagai ayah dan sebagai ibu,
sehingga anak-anak bisa merasakan kebahagiaan dan kepercayaan bersama
dengan orang tuanya. Dan ini sangat baik sekali karena dapat
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak.
2. Menerima anak namun tidak dengan perilakunya.
Anak-anak memilki begitu macam keunikan dalam tingkah lakunya, mereka
mempunyai dunia yang berbeda dengan orang dewasa . Sebelum mereka
mengetahui benar salah mereka hanya melakukan apa yang ingin mereka
lakukan. Jadi, kebiasaan-kebiasaan yang dilihat terus menerus oleh
mereka itulah yang membentuk kepribadian mereka. Anak-anak masih masih
dalam proses belajar menjadi manusia dewasa. Tingkah lakunya kadangkala
sangat menggemaskan bagi orang tua.
Tanpa disadari oleh orang tua, perilaku anak-anak adalah hasil dari
daya imajinasinya yang sangat tinggi sehingga ketika mereka melakukan
kenakalan-kenakalan yang kita anggap itu kenakalan bagi mereka
sebenarnya sedang bermain dengan permainan yang ingin mereka mainkan.
Selain itu, anak-anak juga mengalami tahapan perkembangan yang
berbeda-beda sesuai dengan usianya. Dan ini akan berkesinambungan untuk
keselanjutan perkembangannya. Mereka membutuhkan dasar yang kuat untuk
berkembang. Untuk itu sebagai orang tua hendaknya bisa memahami tahapan
perkembangan anak, sehingga dalam menangani perilaku anak bisa
disesuaian dengan usia perkembangan dan kemampuan anak.
3. Menghadapi dengan kasih sayang dan kelembutan
Dalam menghadapi perilaku anak yang luar biasa aktifnya membutuhkan
kesabaran, kelembutan dan kasih sayang dari orang tuanya. Jika perilaku
anak bisa diatasi dengan senyuman kenapa harus dengan kemarahan, kalau
bisa dengan usapan kenapa harus dengan pukulan, kalau bisa dengan
kecupan kenapa harus dengan cubitan. Dengan mengekspresikan kasih sayang
dalam menegur kesalahan, anak akan tetap merasa nyaman walaupun mereka
melakukan kesalahan, karena mereka masih belum memahami dan mengetahui
kesalahannya, yang mereka tahu adalah mereka selalu menginginkan
perhatian lebih dari orangtuanya.
Anak-anak akan bahagia jika orang tua menunjukkan ekspresi kasih
sayang. Misalnya dengan memeluk, mengusap kepala atau sekadar berbicara
dengan lemah lembut. Orang tua harus memiliki kesabaran dalm menghadapi
perilaku anak-anak. Kesabaran orangtua memang sangat dituntut ketika
mendidik anak jika ingin jiwa mereka stabil dan berkembang dengan
sempurna.Kesabaran orangtua terkadang bisa membuat anak mengerti bahwa
apa yang dilakukannya adalah tidak benar. Sebaliknya dengan cara
kekerasan terkadang anak malah akan semakin melawan dan memberontak.
4. Mendisiplinkan anak dengan strategi
Mendisiplinkan perilaku anak, memang membutuhkan strategi yang tepat
dan sesuai dengan anak kita. Banyak cara-cara yang telah dituliskan di
berbagai media mengenai kedisiplinan. Namun, sebagai orang tua haruslah
secara bijak untuk memilih cara yang sesuai dengan anak-anak kita agar
mereka bisa merasakan kebahagiaan dan tidak tertekan dengan berbagai
aturan yang akan mengikatnya. Berikut beberapa cara yang bisa diterapkan
ketika mengatasi perilaku anak yang kurang menyenangkan:
- Berbicaralah dengan lembah lembut dan penuh kasih sayang kepada anak. Disiplin dan peraturan harus diterapkan, namun jelaskan dan beritahukan kepada anak dengan bahasa dan sikap tubuh yang dimengerti anak-anak.
- Anak yang melanggar peraturan harus diberikan penjelasan apa konsekuensi yang akan diperolehnya bila ia melanggar.
- Saat anak melakukan pelanggaran, jangan menjadi emosi dan larut di dalam kemarahan. Jangan biarkan hati kita dibakar kemarahan, rasa stress, ataupun frustasi karena anak melanggar peraturan yang telah kita tetapkan.
- Walaupun yang dilakukan anak salah, jangan langsung membentak anak. Karena itu akan melukai perasaannya. Hal itu bisa menyebabkan dendam hingga anak dewasa nanti. Dendam pada anak juga akan memengaruhi sifat dia kelak ketika dewasa. Si kecil akan menjadi orang yang mudah marah dan suka melakukan kekerasan. Ketika orang tua memarahi anak sebenarnya mereka sedang mengajari si anak cara marah. Ketika orang memukuli anaknya sebagai imbalan kenakalan mereka sebenarnya mereka sedang mengajari anak-anak cara memukul.
5. Milikilah waktu untuk diri sendiri
Menghadapi perilaku-perilaku anak yang beraneka ragam, pastinya
membuat orang tua, lelah, capek, jenuh, bosan, stress, dll. Untuk itu
orang tua perlu memiliki waktu untuk diri sendiri. Pada waktu ini, ayah
dan ibu bisa melakukan aktivitas-aktivitas yang sifatnya relaksasi atau
dengan mengerjakan hobi yang bisa mengobati rasa jenuh. Tidak perlu
waktu berjam-jam lamanya, mendengarkan musik, membaca buku, olah raga,
menelpon teman lama, merangkai bunga, berkebun, makan malam di luar
bersama teman, adalah contoh-contoh aktivitas yang bisa dilakukan
sehingga bisa membuat otak dan hati orang tua menjadi lebih fresh/segar.
Dengan demikian diharapkan orang tua bisa jauh lebih siap dalam
menghadapi segala perilaku anak.
Semoga Bermanfaat