Monday 18 December 2017

Beberapa Alasan Anak Malas Mendengarkan Omelan Orangtua


Anda pasti kesal jika anak Anda bertingkah ketika Anda menasihatinya, entah itu dengan membantah, main handphone, atau yang paling mengesalkan yaitu pergi meninggalkan Anda. Ada-ada saja tingkah laku anak saat Anda mencoba menasihatinya. Sebelum Anda hanya jadi kesal dan marah-marah, cari tahu dulu apa penyebab anak Anda tidak suka mendengarkan ocehan atau omelan orangtua.

Kenapa anak tidak suka jika mendengarkan omelan orangtua?

Jika anak Anda tidak mau mendengarkan Anda, jangan menyalahkan siapa pun. Tidak ada yang salah. Baik itu anak, pasangan, teman-teman anak, maupun Anda sendiri. Menurut Deborah MacNamara, Ph.D., seorang konselor anak dari Kanada, menolak, melawan, dan menentang adalah sifat alami manusia. Terutama jika Anda merasa dikendalikan dan dipaksa untuk melakukan sesuatu. Pendapat ahli ini dilansir dari Huffington Post Canada.

Tidak hanya anak, Anda mungkin merasakan hal yang sama saat ada seseorang yang mendikte Anda soal apa yang harus Anda pikirkan, lakukan, atau rasakan. Rasanya tidak enak ketika ada orang yang mengatur hidup Anda, bukan? Yang menjadi tantangan bagi orangtua adalah anak-anak belum mencapai kedewasaan untuk memahami alasan Anda mengomel sehingga anak lebih rentan terhadap reaksi berupa perlawanan.

Selain perlawanan, kenapa anak susah sekali mendengarkan kata-kata orangtua? 

Anda mungkin sering bertanya-tanya, apa yang salah dengan Anda atau si kecil sampai-sampai ia begitu sulit mendengarkan dan menggubris kata-kata orangtua. Supaya Anda lebih memahami isi pikiran si kecil dan bisa berkomunikasi dengan anak lebih efektif, simak lima alasan utamanya berikut ini.,.
1. Omelan orangtua biasanya terlalu panjang dan berbelit-belit
Ketika Anda mencoba menasihati anak dengan omelan panjang lebar, anak akan kehilangan fokus di tengah-tengah. Ini karena rentang perhatian anak-anak memang pendek, tak seperti orang dewasa yang mampu mendengarkan ceramah dosen berjam-jam, misalnya. Maka itu, anak bisa lupa apa maksud pembicaraan Anda sebenarnya sehingga ia kemungkinan besar akan mengulangi kesalahan yang sama. 

Diomeli orangtua juga membuat anak merasa bahwa orangtua tidak memedulikan pendapat atau kondisinya, karena orangtua hanya mau bicara terus-terusan tanpa mendengarkan dirinya.

Solusinya, tegur anak dengan kalimat yang padat, jelas, dan singkat. Ada saatnya di mana Anda harus bicara panjang lebar dengan anak soal masalah-masalah yang agak berat. Namun, hal tersebut juga harus dilakukan dalam suasana yang mendukung dan dengan cara yang menarik supaya anak tidak mudah kehilangan fokus.
2. Nada bicara atau kata-kata yang dipilih orangtua kurang tepat
Apakah Anda sering mengomeli anak dengan nada bicara tinggi? Sesekali bicara dengan nada tinggi untuk mendisiplinkan anak memang wajar. Namun, kalau hal ini selalu Anda lakukan berulang-ulang dan omelan Anda terlalu panjang, lama-lama anak tidak tahan juga mendengarnya. 

Sedangkan kalau selama ini Anda kebanyakan menggunakan kata negatif seperti “jangan”, “tidak boleh”, dan “dilarang”, anak jadi bingung apa yang harus diperbuatnya karena orangtua hanya bisa melarang, bukan memberi arahan. Begitu juga kalau orangtua mengomeli anak dengan kata-kata kasar yang merendahkan, misalnya menyebut anak “bodoh”. 

Sebagai gantinya, tegaskan perintah Anda dengan arahan yang jelas dan dengan nada bicara rendah seperti, “Adik, masukkan tasmu ke kamar sekarang.” Jangan hanya mengomel dengan berkata, “Tasnya jangan ditaruh di situ, dong! Berantakan jadinya! Harus diberi tahu berapa kali, sih, kamu?”. Bila anak belum beranjak juga, Anda bisa menegaskan lagi dengan kalimat seperti, “Ibu hitung sampai tiga, tasmu sudah harus dimasukkan ke kamar.”
3. Terbiasa mengancam atau membentak anak
Hati-hati kalau orangtua terlalu sering mengancam atau membentak anak. Anak yang terbiasa diberi tahu dengan keras cenderung mengabaikan orangtua ketika mereka tidak bicara dengan nada biasa. Akibatnya, Anda harus selalu menarik urat dulu kalau ingin anak mendengarkan omelan orangtua.
Karena itu, ubah kebiasaan ini secara perlahan. Bicaralah dengan suara dan nada yang sedikit pelan tapi tetap tegas.
4. Mengomel sambil melakukan hal lainnya
Jika Anda merasa anak tidak mendengarkan nasihat, coba pastikan dulu bahwa Anda dan anak sedang tidak sibuk melakukan hal lain. Sering kali Anda berbicara tanpa mendapatkan perhatian mereka terlebih dahulu, sehingga mereka tidak akan mendengarkan apa yang Anda katakan.

Kalau ingin anak mendengarkan kata-kata orangtua, bicaralah empat mata. Jangan bicara sambil mencuci piring, main handphone, dan sebagainya. Mengomel sambil melakukan hal lain akan membuat anak menyepelekan omelan orangtua.
5. Orangtua tidak memberi contoh
Anak-anak akan mengikuti perilaku orangtuanya. Ya, diam-diam anak selalu memerhatikan tindak-tanduk orangtuanya sebagai tolak ukur perilaku yang bisa diterima atau tidak. Karena itu, kalau orangtua sendiri tidak memberikan contoh yang baik seperti bagaimana caranya mendengarkan dan menghargai orang lain, anak akan menirunya. 

Misalnya, pasangan Anda sedang mengoceh tentang sesuatu. Bukannya mendengarkan dengan baik dan mencari solusinya, Anda malah sibuk mengerjakan hal yang lain sambil terus membela diri. Kebiasaan ini akan ditiru oleh anak ketika suatu hari Anda mengomel padanya. 

Maka, jadilah teladan yang baik bagi anak. Ketika anak sedang mengomel panjang lebar, ajak anak untuk duduk bersama dan membicarakan duduk permasalahannya baik-baik. Lama-lama anak akan belajar bagaimana caranya bersikap ketika punya konflik dengan orang lain.

=== Semoga Bermanfaat ===

Sumber :  https://hellosehat.com
               

Saturday 16 December 2017

Cara Mengenali Dan Mengatasi Katarak Pada Bayi

Katarak pada bayi disebut juga katarak kongenital. Katarak umum dialami oleh pada lanjut usia (lansia). Nyatanya katarak pada bayi dan anak juga dapat terjadi.  Katarak jenis ini juga dapat menyebabkan kebutaan, sehingga penting untuk mengatasi katarak pada bayi sedini mungkin.

Apa itu katarak kongenital?

Katarak kongenital adalah kekeruhan lensa mata yang terjadi sejak lahir. Lensa mata ini berfungsi untuk memfokuskan cahaya yang masuk ke mata menuju retina, sehingga mata bisa menangkap gambar dengan jelas. Namun, jika terjadi katarak, sinar cahaya yang masuk ke mata menjadi tersebar ketika melewati lensa yang keruh, sehingga gambar yang diterima mata menjadi kabur dan terdistorsi.

Katarak pada bayi dan anak dapat dideteksi sedini mungkin. Perhatikan bagian tengah mata bayi atau anak. Adanya warna abu-abu atau putih pada bagian pupil dapat menjadi gejala katarak. Kondisi lain yang dapat dikenali adalah kurangnya respon mata terhadap benda bergerak di depannya. Gerakan mata yang tidak wajar atau nistagmus, juga dapat menjadi pertanda bahwa bayi atau anak mengalami katarak.

Jika anak Anda menderita katarak kongenital, biasanya ia akan menunjukkan tanda-tanda, seperti terdapat noda keabu-abuan yang terlihat pada pupil mata bayi Anda atau bisa saja tidak, penglihatan bayi terlihat tidak peka dengan lingkungan sekitarnya (misalnya, bayi tidak menoleh ketika ada orang di sampingnya), atau pergerakan mata bayi yang tidak biasa.

Terdapat beberapa jenis katarak kongenital, yaitu:
  • Katarak polar anterior terletak di bagian depan lensa mata dan umumnya berhubungan dengan keturunan. Jenis katarak ini seringnya dianggap tidak perlu dilakukan operasi.
  • Katarak polar posterior muncul di bagian belakang lensa mata.
  • Katarak nuklear terletak di bagian tengah lensa mata dan ini merupakan jenis yang paling sering muncul.
  • Cerulean cataracts biasanya ditemukan pada kedua mata bayi. Biasanya jenis katarak kongenital ini tidak menyebabkan masalah penglihatan. Cerulean cataracts biasanya dihubungkan dengan keturunan.
Penyebab Katarak pada Bayi dan Anak

Faktor penyebab utama katarak pada bayi adalah kelainan kongenital atau cacat bawaan dari lahir. Hal ini terjadi sejak bayi berada dalam kandungan akibat dari lensa mata pada bayi tidak terbentuk secara sempurna.

Ibu yang mengalami infeksi penyakit tertentu seperti rubella dan cacar air saat sedang hamil juga bisa menyebabkan bayi lahir dengan kondisi mata mengalami katarak. Demikian pula anak yang lahir dengan kondisi sindrom Down, memiliki risiko lebih tinggi mengalami katarak.

Faktor keturunan juga cukup memiliki andil. Jika ayah, ibu atau keluarga ada yang memiliki riwayat penyakit katarak, terdapat kemungkinan bayi atau anak juga mengalami hal yang serupa.

Selain kelainan bawaan sejak dalam kandungan, katarak pada bayi dan anak juga dapat terjadi akibat komplikasi dari penyakit mata, cedera pada mata, diabetes, terapi radiasi atau konsumsi obat kortikosteroid.

Cara Mengatasi Katarak pada Bayi dan Anak

Apabila tampak gejala katarak pada bayi atau anak, segeralah konsultasi ke dokter mata guna mendapatkan penanganan yang tepat. Dokter mata biasanya akan melakukan pemeriksaan mata secara menyeluruh agar kondisi mata bayi atau anak dapat diketahui dengan baik. Selain tes mata, dokter mungkin akan menyarankan tes darah atau Rontgen dan CT scan kepala, pada bayi atau anak Anda.

Jika tes sudah dilakukan dan dari hasil tes menunjukkan bahwa katarak yang diderita terbilang ringan dan tidak memengaruhi penglihatan, kemungkinan tidak segera dilakukan operasi katarak. Namun jika sudah memengaruhi penglihatan, operasi pengangkatan katarak sangat dianjurkan untuk menghindari gangguan penglihatan dalam jangka panjang. Dokter mungkin akan mempertimbangkan untuk melakukan operasi katarak sebelum bayi berusia 3 bulan.

Setelah tindakan operasi dilakukan, beberapa tindakan lanjutan yang dapat direkomendasikan untuk memulihkan kondisi penglihatan mata bayi atau anak, berupa:
  • Pemasangan lensa kontak
Penggunaan lensa kontak umumnya disarankan pada operasi katarak yang dilakukan pada bayi atau anak usia di bawah dua tahun. Sebab, kekuatan mata atau fokus mata pada usia ini terbilang cepat mengalami perubahan.
  • Pemasangan lensa intraokular
Pemasangan atau penanaman lensa mata buatan juga bisa menjadi solusi untuk menggantikan peran lensa mata pada anak.
  • Penggunaan kacamata
Pada kasus tertentu di mana operasi katarak dilakukan pada kedua mata, umumnya akan disarankan penggunaan kacamata. Begitu pula jika penggunaan lensa kontak dan lensa intraokular tidak efektif. Tak jarang pula, penggunaan kacamata juga disarankan meskipun telah menggunakan lensa kontak ataupun lensa intraokular.

Beberapa jenis penyebab katarak pada bayi dan anak sulit dicegah. Namun, penyebab katarak tertentu dapat diminimalisir, seperti infeksi pada ibu hamil. Konsultasi dengan dokter untuk vaksinasi yang diperlukan sebelum hamil guna mencegah infeksi pada kehamilan.

Yang tidak kalah penting, segera periksa ke dokter mata jika tampak gejala-gejala gangguan penglihatan pada bayi dan anak. Semakin awal katarak pada bayi terdeteksi dan diobati, maka semakin rendah risiko timbulnya gangguan pada penglihatannya.

=== Semoga Bermanfaat ===

Sumber : http://www.alodokter.com
              

Friday 15 December 2017

Menyikapi Batuk Pada Anak

Pada saat pergantian musim atau pancaroba, banyak orang yang mengalami batuk. Tidak hanya bagi orang dewasa, batuk pada anak juga dapat mengganggu aktivitasnya sehari-hari.

Yang perlu dipahami, batuk merupakan suatu gejala yang bersifat melindungi bagi tubuh. Batuk merupakan upaya alami tubuh untuk mengeluarkan lendir atau benda asing dari paru-paru dan aliran udara yang tersumbat.


Upaya Mengeluarkan Lendir

Selama batuk pada anak tidak mengakibatkan gangguan makan, minum, pernapasan, serta tidak ada suara mengi yang mengiringi, sebenarnya tidak perlu dikhawatirkan. Meski sekilas tampak mengganggu, batuk sebenarnya bermanfaat membersihkan dahak atau lendir dari dalam dada maupun bagian belakang tenggorokan. Beberapa penyebab batuk pada anak-anak, antara lain:
  • Flu sering kali memicu reaksi batuk sebagai upaya alami tubuh dalam mengeluarkan lendir dari bagian belakang tenggorokan.
  • Infeksi bakteri atau virus juga dapat memicu batuk yang diiringi dengan sesak napas dan demam.
  • Gejala asma. Ditandai dengan batuk yang terjadi dalam jangka waktu lama, setelah anak berlari-lari atau batuk yang muncul/memburuk pada malam hari. Batuk jenis ini juga sering diiringi suara mengi atau sesak napas.
  • Faktor udara atau lingkungan. Asap rokok atau berada di sekitar hewan peliharaan bisa membuat anak batuk-batuk.
Perawatan di Rumah

Sebagian batuk pada anak disebabkan oleh virus. Infeksi yang disebabkan virus  dapat berlangsung hingga dua minggu. Hindari penggunaan antibiotik untuk mengobati kondisi ini karena tidak efektif dalam membasmi virus.
Sepanjang waktu tidur anak tidak terganggu, tidak diperlukan obat untuk mengatasi batuk. Bagi anak usia di bawah 6 tahun, tidak direkomendasikan untuk mengonsumsi obat batuk yang dijual bebas tanpa konsultasi dokter.
Saat anak batuk, orang tua dapat membantu anak merasa lebih nyaman, yaitu dengan cara:
  • Menjaga tubuh anak mendapat cukup cairan. Teh hangat, jus jeruk lemon hangat dengan madu dapat membantu mencegah dehidrasi sekaligus mengatasi tenggorokan yang terasa kering. Namun hindari madu pada anak yang berusia kurang dari satu tahun.
  • Jika batuk terjadi terus-menerus, manfaatkan uap air panas. Cobalah duduk bersama anak Anda sambil anak menghirup uap dari semangkok air panas selama sekitar 20 menit. Atau Anda bisa membawa anak ke luar rumah untuk menghirup udara segar sekitar 10-15 menit.
  • Jika tersedia, manfaatkan alat pelembap udara di kamar anak Anda yang tengah batuk. Nyalakan sebelum anak tidur.
Jika batuk anak Anda disebabkan oleh asma, tanyakan kepada dokter mengenai rencana penanganan asma yang tepat pada anak. Sediakan selalu obat asma yang diperlukan dalam jangkauan Anda. Jangan pernah berikan obat antibiotik sisa atau yang pernah diminum anggota keluarga lain untuk anak Anda yang sedang batuk. Jika dokter memberikan obat untuk batuk anak, pastikan Anda mengikuti instruksi dengan benar.

Waspada Jika Disertai Gejala Lain

Jika timbul gejala lain yang mengiringi batuk, segera konsultasikan kepada dokter atau bawa anak ke unit kesehatan terdekat untuk memperoleh pertolongan secepatnya. Misalnya jika terjadi gejala:
  • Kesulitan bernapas atau napas lebih cepat dari biasanya.
  • Demam makin parah.
  • Pucat atau biru pada bibir, lidah, atau wajah.
  • Demam dan batuk terjadi pada bayi usia kurang dari tiga bulan.
  • Napas berbunyi setelah batuk.
  • Anak tampak lemas, rewel, dan tidak nyaman.
  • Dehidrasi yang ditandai dengan mulut kering, pusing, mengantuk, menangis tanpa air mata, mata cekung, dan lebih sedikit buang air kecil.
  • Batuk disertai darah.
Cara Mencegah Batuk dan Mengobati Batuk pada Anak

Tidak mudah untuk mencegah batuk pada anak, namun ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk meminimalisasi penularan.

Pada musim flu, Anda dapat mengajak anak mencuci tangan sesering mungkin untuk mencegah penyebaran virus. Minta orang dewasa di tempat aktivitas anak Anda untuk melakukan hal yang sama. Kemudian, jangan biarkan anak-anak Anda mendekati orang yang terkena flu batuk.

Larang perokok berada di sekitar rumah atau tempat aktivitas anak. Menjadi perokok pasif bagi anak dapat menyebabkan dirinya menghadapi berbagai risiko kesehatan selain batuk, antara lain asma, alergi, pilek, dan lain-lain.

Perhatikan jadwal vaksinasi anak. Pastikan si kecil memperoleh vaksinasi difteri, pertusis/batuk rejan, dan tetanus (DPT). Jika diperlukan, minta dokter untuk memberikan vaksinasi khusus flu juga.

Batuk sebagai respons alami tubuh untuk mengeluarkan lendir atau benda asing lain, harus disikapi dengan tepat. Lakukan perawatan di rumah untuk membantu melegakan pernapasan anak, obat batuk anak yang sesuai dengan jenis batuk dan usia juga dapat digunakan untuk membantu meredakan gejala, apalagi obat batuk dengan variasi rasa yang disukai anak dapat mempermudah pemberian obat pada anak. Namun jika batuk tidak kunjung sembuh dan timbul gejala-gejala lain yang berbahaya, jangan segan untuk segera meminta pertolongan ahli medis.

=== Semoga Bermanfaat ===

Sumber : http://www.alodokter.com

Thursday 14 December 2017

Beberapa Langkah Memilih PAUD Yang Tepat Untuk Buah Hati


Para ahli percaya bahwa di dalam Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), anak dapat belajar berinteraksi dan bersosialisasi dengan teman-teman seusia dan orang-orang dewasa juga. Balita yang menjalani masa PAUD diperkirakan menjadi lebih siap untuk memasuki tahap pendidikan selanjutnya. Meski demikian, bukan berarti bahwa balita yang bermain di PAUD secara akademis pasti lebih maju dibandingkan mereka yang tidak. 

Di Indonesia, menurut Permendiknas no. 58 tahun 2009, PAUD dijabarkan sebagai pendidikan awal untuk mengembangkan moral dan agama, motorik halus dan kasar, kecerdasan, sosio emosional, dan komunikasi sesuai tahapan perkembangan anak. Sementara yang dimaksud dengan anak usia dini menurut Pasal 28 UU Sisdiknas No.20/2003 ayat 1 adalah anak usia 0-6 tahun.

Saat ini,  PAUD umumnya diperuntukkan bagi anak usia 2-6 tahun, terbagi menjadi usia 2-4 tahun masa pra Taman Kanak-Kanak (pra TK), dan 4-6 tahun di Taman Kanak-kanak (TK).

Selanjutnya, mengenai bagaimana cara menemukan PAUD yang tepat untuk Buah Hati tidak boleh sembarangan. Nyatanya ada banyak faktor yang harus dipertimbangkan sebelum mengambil keputusan:
  • Cari informasi sebanyak mungkin
Cari tahu tentang metode pengajaran sekolah dengan bicara dengan kepala sekolah atau guru PAUD saat berkunjung ke sana. Saat ini telah banyak PAUD yang memiliki blog, media sosial, atau situs daring untuk mempromosikan sekolah mereka. Ada juga berbagai forum tempat para orang tua saling berbagi cerita tentang sekolah. Anda juga dapat berbincang secara daring dengan orang tua yang sudah menyekolahkan anak mereka di sana.
  • Kenali keunikan anak Anda 
Sekolah PAUD terbaik bukanlah yang termahal dan dipenuhi oleh antrean pendaftaran terpanjang. PAUD terbaik seharusnya yang sesuai dengan watak dan kesukaan anak Anda. Untuk itu, mengenali kemampuan dan keunikan anak Anda adalah hal terutama yang wajib dilakukan. Jangan keliru, tiap anak memiliki karakteristik berbeda yang membuatnya unik. Ada yang gemar bermain di luar, ada yang lebih suka menggambar, ataupun bermain bunyi-bunyian. Sesuaikan pilihan Anda dengan kegemaran dan kemampuan anak sehingga dia senang dan berkembang.
  • Libatkan si Kecil
Sebaiknya ajak si Kecil saat sedang survei sekolah karena dia yang akan menghabiskan waktu lama di sana. Sebelumnya Anda dapat jelaskan kepadanya mengenai mengapa dia perlu bersekolah dan apa saja hal-hal menyenangkan yang dia bisa lakukan di sana. Ajak dia memilih perlengkapan sekolahnya sendiri, seperti sepatu dan tas, sehingga dia senang memulai momen barunya ini.
  • Pilih yang dekat dari rumah
Penting untuk memastikan lokasi PAUD berada dalam jarak yang mudah diakses dari rumah dan tidak menghabiskan waktu perjalanan terlalu lama. Selain menghindari anak kelelahan selama dalam perjalanan, keadaan ini pun memudahkan Anda atau orang lain yang Anda percayai untuk mengantar dan menjemputnya. Jangan sampai dia terlambat diantar dan dijemput karena lokasi sekolah yang terlalu jauh atau macet.
  • Kurikulum dan metode pengajaran
Sebagian orang tua setuju bahwa kemampuan baca-tulis-hitung (calistung) dan bahasa asing perlu diajarkan di dalam PAUD, sementara sebagian orang tua tidak. Masing-masing memiliki latar belakang dan alasan tersendiri. Hal yang terpenting, jika anak dapat membaca tanpa merasa dipaksa, maka seterusnya dia akan mempersepsikan membaca sebagai kegiatan yang menyenangkan. Selain itu, menurut seorang ahli psikologi, tidak ada hubungan antara seberapa dini anak belajar membaca dengan kemampuannya membaca di kemudian hari. Maka dari itu, pilihlah sekolah yang sesuai dengan prinsip tersebut dan sesuai kemampuan serta minat anak.
  • Jumlah anak dalam tiap kelas
Berapa jumlah anak dalam tiap kelas dan berapa jumlah guru untuk menangani mereka? Makin sedikit jumlah anak yang perlu ditangani tiap guru memungkinkan anak mendapat perhatian yang lebih baik.
  • Kondisi sekolah
PAUD akan menjadi rumah kedua anak sehingga pastikan bahwa anak berada di lingkungan yang bersih dan terawat. Bagaimana dengan tingkat keamanannya? Apakah ada petugas yang berjaga agar anak tidak dijemput orang asing? Periksa apakah toiletnya bersih atau bagaimana dengan bangunan secara keseluruhan serta kelayakan peralatan bermain. Pastikan semua benar-benar aman dan terawat dengan baik.
  • PAUD terakreditasi
Sekolah yang telah terakreditasi berarti telah memenuhi standar Badan Akreditasi Nasional di bawah Departemen Pendidikan. Pastikan PAUD yang Anda tuju telah memenuhi standar akreditasi untuk menjamin kepastian dan kelanjutan pendidikan anak pada jenjang berikutnya.
  • Fasilitas permainan dan pendidikan
Pastikan keberadaan alat-alat bermain dan sarana-sarana lain, seperti perpustakaan dan kamar istirahat untuk siswa yang sakit. Semua ini berperan penting sebagai sarana eksplorasi anak. Cermati juga apakah sekolah tersebut menyediakan kegiatan yang disukai anak Anda, seperti menari, musik, olahraga, ataupun dongeng.
  • Kebersihan makanan
Jika PAUD menawarkan makanan untuk anak-anak di sekolah, maka sebisa mungkin pastikan bahwa makanan tersebut memenuhi standar kebersihan dan kesehatan.
  • Sikap para guru dan staf
Sikap guru dan staf akan berdampak kepada bagaimana nantinya anak bersikap. Hal ini menciptakan perbedaan besar terhadap suasana PAUD yang ceria dan mendukung perkembangan anak.

Sekali lagi yang perlu kita ingatkan kepada diri sendiri, Pendidikan Anak Usia Dini yang tepat untuk anak tertentu belum tentu sesuai juga untuk anak yang lain. Hindari membandingkan anak Anda dengan anak yang lain sehingga Anda dapat menemukan PAUD yang tepat. Lebih jauh lagi, jangan lupa bahwa PAUD seharusnya menjadi lembaga bermain yang menyenangkan bagi anak. Jika anak Anda terlihat sama sekali belum siap untuk masuk PAUD di usia 2-3 tahun, maka sebaiknya tidak perlu terlalu memaksanya untuk menyesuaikan diri.

Jika dipaksa, PAUD justru dapat menjadi tempat yang menakutkan bagi anak. Selain itu, memang tidak semua balita tepat untuk disekolahkan di PAUD. Sebagian anak yang tidak nyaman dengan stimulasi tertentu, seperti musik atau suara keras, cenderung lebih berisiko mogok sekolah jika harus berada di tengah keramaian. Walau PAUD bermanfaat memicu balita belajar berinteraksi, tapi bukan berarti bahwa balita yang tidak ikut PAUD atau belajar di rumah tidak akan belajar bersosialisasi atau memiliki kemampuan lain.

Semoga Bermanfaat

Sumber : http://www.alodokter.com

Wednesday 13 December 2017

Gejala Berat Badan Kurang Pada Si Kecil Yang Harus Diwaspadai

Mengenali berbagai gejala si Kecil mengalami gangguan pertumbuhan harus dipahami oleh para orang tua. Salah satu tanda yang terlihat yakni si Kecil memiliki berat badan kurang. Jika Si Kecil bertubuh kurus, Anda dianjurkan berhati-hati. Pasalnya, ada banyak alasan dan penyebab dari berat badan kurang, seperti faktor genetik, kurangnya asupan nutrisi, serta kondisi medis tertentu.

Prevalensi Anak dengan Berat Badan Kurang di Indonesia

Berdasarkan data dari Departemen Kesehatan RI tahun 2016, terdapat sekitar 8,9 persen anak yang mengalami berat badan di bawah normal (kurus) dan sekitar 3,7 persen yang masuk ke dalam kategori sangat kurus.

Untuk mewaspadai berat badan kurang, anak-anak perlu melakukan penimbangan berat badan secara rutin, yakni pada usia baru lahir hingga 5 tahun. Terdapat acuan berat badan normal untuk Si Kecil yang dikeluarkan dari Departemen Kesehatan RI, yakni Kartu Menuju Sehat (KMS). Petugas kesehatan di Puskesmas dan Posyandu akan menimbang berat badan Si Kecil.

Jika setelah ditimbang hasil KMS menunjukkan berat badan anak berada pada zona antara garis hitam dan garis merah (z score berada di antara angka -3 SD sampai di dengan < -2SD), maka Bunda harus berhati-hati, karena berarti berat badan anak tersebut di bawah normal, yang jika tidak ditangani maka Si Kecil bisa saja mengalami malnutrisi.


Ini Kurus yang Tidak Normal

Malnutrisi atau kekurangan gizi adalah masalah gizi yang umum ditemukan di seluruh dunia. WHO atau badan kesehatan dunia memperkirakan sekitar 181,9 juta atau 32 persen anak yang tinggal di negara berkembang mengalami malnutrisi atau busung lapar, dan sekitar 5 juta kasus kematian anak di bawah usia 5 tahun di daerah tersebut disebabkan oleh malnutrisi.

Penting bagi Anda untuk mengetahui penyebab Si Kecil mengalami berat badan kurang. Beberapa hal yang dapat menyebabkan Si Kecil memiliki berat badan kurang (underweight), di antaranya:
  • Faktor genetik.
  • Kurang asupan gizi.
    Makanan menyediakan energi dan nutrisi yang dibutuhkan oleh Si Kecil untuk membuatnya menjadi sehat. Jika Si Kecil tidak mendapatkan kalori dan nutrisi yang cukup, meliputi protein, karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral, Ia bisa  mengalami kekurangan gizi.
  • Kondisi medis tertentu:
    - Mengalami infeksi.
    - Adanya masalah pada usus, jantung, hormon, paru-paru, dan juga hati.
    - Anak-anak dengan fibrosis kistik yang mengalami kesulitan menyerap nutrisi. Penyakit ini menyerang pankreas, yakni organ yang bertugas memproduksi enzim yang diperlukan untuk pencernaan.
Selain memiliki tubuh yang kurus, tanda lain yang dapat diperhatikan untuk mengetahui Si Kecil memiliki berat badan kurang, adalah tulang rusuk Si Kecil yang terlihat jelas saat Anda memandikannya, ukuran pakaian yang tidak bertambah setelah beberapa bulan, berat tubuhnya yang tidak bertambah, serta rentan sakit.

Lakukan Ini untuk Menambah Berat Badan Si Kecil

Berat  badan kurang pada Si Kecil bukanlah hal yang dapat dianggap sepele. Selain menggunakan KMS, Ibu juga dapat mewaspadai berat badan dan tumbuh kembang si Kecil dengan mengakses situs www.cekberatanak.id untuk memantau perkembangan berat badan Si Kecil.  Ibu cukup memasukkan data-data Si Kecil berupa berat badan, tanggal lahir, dan juga tinggi badan untuk melihat status pertumbuhan Si Kecil.

Penting bagi para ibu untuk selalu melakukan pengecekan rutin kondisi kesehatan Si Kecil ke puskesmas atau posyandu terdekat. Jika berat badan Si Kecil tidak mengalami kenaikan selama dua kali pemeriksaan rutin berturut-turut, maka segera bawalah buah hati Anda ke petugas kesehatan terdekat untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.

Bagi bayi berusia di bawah 6 bulan, ASI merupakan sumber asupan utama. Apabila berat badan kurang terjadi pada usia ini, di mana bayi masih mengonsumsi ASI, konsultasikanlah dengan dokter untuk mengetahui penyebabnya.

Sementara untuk anak di atas usia 6 bulan yang mengalami berat badan kurang, beberapa cara ini dapat membantu Si Kecil untuk menambah berat badannya:
  • Biarkan Si Kecil mengonsumsi makanan berlemak, yang mengandung lemak  baik. Anda dapat mengoleskan mentega ke rotinya, menambahkan parutan keju di atas pastanya, menambahkan mayones pada roti isinya, atau jika dia telah berumur 4 tahun atau lebih, Anda dapat menambahkan selai kacang untuknya.
  • Berikan Si Kecil camilan berkalori tinggi seperti keju, biskuit selai kacang, daging, atau yogurt.
  • Buatlah sup dengan menggunakan susu dan bukan air. Membuat sup dari susu berperan dalam menambah asupan kalori Si Kecil.
  • Konsumsi buah pisang dan alpukat sebagai camilan di antara waktu makan.
  • Konsumsi setidaknya lima porsi buah dan sayuran dalam sehari.
  • Pilihlah protein tanpa lemak. Seperti kacang-kacangan, ikan, telur, dan sumber protein lainnya.
Selain itu, Anda juga dapat memberinya asupan tambahan dalam bentuk susu dengan kalori dan nutrisi yang diformulasikan khusus untuk mencegah dan mengatasi kasus malnutrisi ini.

Kendati ingin menambah berat badan Si Kecil, bukan berarti Anda bebas memberikan segala jenis asupan padanya. Jangan berikan asupan tinggi kalori yang kurang sehat, seperti minuman manis, permen, atau keik, karena minuman dan makanan tersebut tidak mengandung nilai gizi yang baik.

Jika Anda telah menerapkan beberapa cara di atas namun Si Kecil tetap memiliki tubuh yang kurus serta mengalami beberapa gejala underweight, ada baiknya Anda segera konsultasikan kondisi buah hati Anda ke dokter spesialis anak atau ahli gizi.

Sumber : http://www.alodokter.com 

Semoga Bermanfaat

Monday 11 December 2017

Bolehkah Wanita Hamil minum Kopi ?


Ada kesepakatan umum bahwa wanita hamil dan wanita yang mencoba untuk hamil harus menghindari konsumsi kafein tapi setelah beberapa dekade kontroversi dan bukti yang bertentangan, masih ada konsensus (kesepakatan oleh para ahli) tentang berapa banyak kafein yang aman dikonsumsi selama kehamilan. Para ahli menyarankan para wanita untuk membatasi asupan kafein mereka menjadi kurang dari 200 miligram per hari, yaitu sekitar 12-ons cangkir kopi. Sebuah studi menemukan bahwa wanita yang mengkonsumsi 200 mg atau lebih kafein sehari memiliki dua kali lipat risiko keguguran dari pada meraka yang tidak mengkonsusi kafein.
 
Namun, tidak semua penelitian yang menunjukkan adanya hubungan konsumsi kafein dan risiko keguguran yang lebih tinggi. Seperti sebuah penelitian di Denmark yang dilansir dari babycenter.com menemukan adanya risiko bayi mati setelah beberapa jam kelahirannya lebih dari dua kali lipat pada wanita yang mengkonsumsi delapan cangkir kopi setiap harinya dibandingkan dengan wanita lainnya. Penelitian lain telah menunjukkan bahwa bayi yang baru lahir dengan riwayat ibunya mengkonsumsi lebih dari 500 mg kafein sehari memiliki detak jantung dan tingkat pernapasan yang lebih cepat dan menghabiskan lebih banyak waktu terjaga di beberapa hari pertama kelahirannya. Beberapa penelitian menunjukkan hubungan antara konsumsi kafein tinggi dan sedikit penurunan berat badan pada kelahiran bayi meskipun penelitian lain telah menunjukkan ada hubungan yang berhubungan.

Anda akan merasa lebih baik jika Anda tidak mengkonsumsi banyak kafein. Ini stimulan, sehingga meningkatkan detak jantung Anda. Apalagi  dapat membuat Anda merasa gelisah dan menyebabkan insomnia. Kafein juga dapat berkontribusi pada heartburn (keadaan merasa panas pada bagian perut) dengan merangsang sekresi asam lambung. Efek ini akan lebih terasa ketika memasuki kehamilan trimester pertama karena kemampuan tubuh Anda untuk memecah kafein melambat, sehingga Anda berakhir dengan tingkat yang lebih tinggi dalam aliran darah Anda. Selama trimester kedua, dibutuhkan hampir dua kali lebih lama untuk membersihkan kafein dari tubuh Anda seperti ketika Anda tidak hamil.

Selama trimester ketiga, dibutuhkan hampir tiga kali lebih lama.Hal ini dapat mempengaruhi jumlah kafein yang melintasi plasenta dan mencapai bayi Anda, yang tidak bisa memproses secara efisien. Minuman yang mengandung kafein memiliki senyawa yang disebut fenol yang membuat lebih sulit bagi tubuh Anda untuk menyerap zat besi. Padahal zat besi sangat penting untuk wanita hamil, karena banyak wanita hamil yang sudah rendah pada besi. Bila anda akan mengkonsumsi minuman berkafein seperti teh dan kopi sebaiknya antara waktu makan sehingga akan memiliki lebih sedikit efek pada penyerapan zat besi. Jumlah kafein dalam satu porsi kopi bervariasi, tergantung pada jenis proses pembuatan kopi dan juga takaran yang digunakan untuk menyeduh kopi (espresso mengandung lebih banyak kafein per ons, disajikan dalam cangkir kecil, sehingga secangkir penuh kopi diseduh akan memberikan lebih banyak kafein).

Bagi anda yang sedang hamil menghindari kebiasaan untuk mengkonsumsi kafein seperti kopi dan teh yang sulit, dapat anda kurangi dengan cukup mengkonsumsi satu cangkir perhari. Anda juga bisa melakukan pencampuran kopi dengan susu, dan mengurangi takaran kopi. Di rumah, cobalah menggunakan lebih sedikit kopi bubuk (atau daun teh) ketika menyeduh. Meskipun teh herbal sering tidak memiliki kafein, pastikan untuk membaca daftar bahan terlebih dahulu, tumbuh-tumbuhan tertentu dan zat aditif mungkin tidak aman selama kehamilan, sehingga diperlukan konsultasi dengan dokter.


Semoga Bermanfaat

Berapa Lamakah Bayi Perlu tidur ?

Bayi memiliki kebiasaan lama tidur yang berbeda. Hal ini tergantung dari banyak faktor, termasuk salah satunya adalah berdasarkan usia dari bayi itu sendiri. Pada usia awal-awal kelahirannya, bayi tentunya memiliki jam tidur yang paling lama. Kemudia seiring usia bertambah, bayi mulai mengurangi jumlah jam tidurnya. Selain itu kebiasaan yang diterapkan oleh orang tuanya mengenai jam tidur, juga menjadi faktor penentu kebiasaan tidur anak.

Oleh karena itu, orang tua diharapkan memiliki peran yang aktif dalam mebentuk pola tidur bayi yang baik.

Berikut ini adalah gambaran umum (tidak serta merta setiap bayi sama) mengenai jumlah jam tidur bayi berdasar usia:
1. Usia Bayi 1-4 minggu: Waktu Tidur 15 - 16 jam perhari
Bayi baru lahir biasanya minimun tidur hingga 15 jam per hari, bahkan ada yang hingga 18 jam perhari. Sedangkan bayi yang terlahir prematur, biasanya memiliki waktu tidur yang lebih lama. Bayi yang baru lahir belum mengenal siklus waktu, dia belum mengenal siang atau malam, oleh karena itu, tidurnya belum berpola, bisa saja dia sering tidur di siang hari atau sebaliknya.
2. Usia Bayi 1 - 4 bulan: Waktu Tidur 14 - 15 Jam Perhari
Pada usia bayi satu bulan, bayi sudah sedikit menemukan pola tidurnya. Ketika sekali tidur, bayi bisa menghabiskan 4-5 jam dan itu biasanya akan sering terjadi pada malam hari. Pada masa ini bayi sudah mulai sedikit bisa merasakan mana malam dan siang hari.
3. Usia Bayi 4 - 12 Bulan: Waktu Tidur 14 - 15 Jam Perhari
Tidur dengan waktu selama 15 jam adalah ideal bagi bayi dengan usia tersebut, namun saat menginjak usia 11 bulan, bayi biasanya tidur dengan waktu sekitar 12 jam. Pada usia ini, memberi kebiasaan jam tidur bayi yang baik adalah hal yang utama, karena bayi sudah mulai beinteraksi dan pola tidurnya bisa mengikuti orang dewasa. Jika orang tua gagal menerapkan pola tidur yang baik pada masa ini, maka kebiasaan gagal tersebut akan terbawa hingga besar nanti.
4. Usia 1 - 3 Tahun : Waktu Tidur 12 - 14 Jam Perhari
Pada usia ini, anak anda sudah mulai kehilangan pola tidur di pagi hari. Mereka masih tidur hanya sekali pada siang hari, dan dilanjutkan pada malam harinya nanti. Anak-anak yang masih memerlukan tidur siang biasanya saat usia 21 hingga 36 bulan, dan biasanya membutuhkan 3 hingga 4 jam. Pada malam hari biasanya anak akan tertidur antara jam 7 hingga jam 9 malam (tergantung kebiasaan) dan akan terbangun pagi harinya antara jam 6 atau jam 8.
5. Usia 3 - 6 Tahun : Waktu Tidur 10 - 12 Jam Perhari
Anak-anak pada usia ini akan pergi tidur malam mulai jam 7 atau jam 9 dan bangun antara jam 6 hingga jam 8 pagi. Pada usia 3 tahun, masih ada anak yang memerlukan tidur siang, dan saat menginjak usia 5 tahun, kebiasaan tidur siang mulai ditinggalkan.

Beberapa Bayi Mengalami Masalah Tidur 
Kita semua tidur dalam siklus yang terdiri dari blocks :
  • Light sleep dan
  • Deep sleep, ketika bangun kita merasa nyaman.
Bayi yang mengalami sulit tidur, biasanya merasa tidak nyaman setelah bangun dari tidur yang dalam (deep sleep). Hal ini dapat terjadi, biasanya akibat dari cara ia ditidurkan.

Bayi dapat ditidurkan dengan beberapa cara.
  • Diletakkan di dalam boks dan dibiarkan hingga tertidur sendiri.
  • Ditidurkan dengan dibuai dalam pelukan, di dada, di dalam buaian, atau di atas tempat tidur mama.
Pada situasi ini, bayi yang baru tertidur dipindahkan ke dalam boks. Saat ia bangun, ia merasa takut karena mama atau buaiannya menghilang. Bayangkan bila Anda merasa nyaman tertidur di atas kasur tiba-tiba saat terjaga Anda sedang berada di bath tub. Tentu Anda akan merasa takut.

Di usia sekitar 8 bulan, siklus tidur bayi berubah hingga 60 menit. Ia pun mengalami apa yang disebut gelisah, yaitu saat mama tidak berada di dekatnya.

Jika bayi ditidurkan dengan cara dibuai dalam pelukan mama lalu kemudian dipindahkan ke dalam boks, satu jam berikutnya ia akan bangun dengan ketakutan yang amat sangat karena tidak berada dalam pelukan mama. Ia akan menangis kencang sementara mama kembali membuainya sampai ia tertidur, lalu mengembalikannya ke dalam boks. Hal ini menjadi kebiasaan tidak baik dan disebut asosiasi tidur. 

Rutinitas

Rutinitas adalah cara paling ampuh agar bayi atau balita tidur sendiri. Bayi merespon pada pola atau kejadian yang dikenalinya. Tidur di suasana yang sama setiap malam memberikan rasa aman dan nyaman.

Menetapkan rutinitas tidur tak hanya memberi manfaat bagi anak, tapi juga bagi Anda dan pasangan. Istirahat malam yang baik berguna bagi orang tua yang lelah dan memberikan Anda kesempatan berduaan dengan pasangan dan ujung-ujungnya baik bagi hubungan Anda.

Anda dapat memulai rutinitas tersebut begitu bayi pulang dari rumah sakit. Sangat penting untuk menetapkan sebuah pola untuknya yang akan menjadi rutinitas yang akan dipelajari bayi. Ingatlah untuk membentuk sebuah kebiasaan hanya memerlukan waktu 3 hari.

Saat membawa bayi pulang ke rumah, kerabat akan terbiasa menggendong bayi hingga ia akan berpindah dari satu tangan ke tangan lain. Jika bayi terlihat lelah dan ingin tidur, atau tertidur di pelukan mereka, Anda mungkin tak ingin bersikap kasar untuk langsung mengambil bayi. SEbaliknya, ajak mereka untuk memperhatikan Anda meletakkan bayi di dalam boksnya. Lagi pula, mereka bisa saja menjadi orang yang akan Anda mintai pertolongan untuk menjaga bayi. Alangkah bagusnya kalau mereka juga sudah tahu cara menidurkan anak Anda.

Cara paling ampuh untuk menetapkan rutinitas tidur adalah menggunakan the Newborn sleep - Settling your baby. Sepanjang siang saat ia terjaga, susui lalu letakkan di atas lantai untuk bermain. Usia bayi akan menunjukkan berapa lama ia akan bermain sampai memperlihatkan tanda-tanda kelelahan. Perhatikan tanda-tanda tersebut lalu lakukan the settling techniques.

Kala sore hari setelah makan malam atau sesi menyusui, gantikan waktu bermain dengan mandi dalam suasana rileks. Lalu peluk ia beberapa waktu, mungkin juga membacakan satu hingga dua cerita. Pijat bayi dengan losion juga berguna untuk membuat bayi rileks. Hindari menstimulasi bayi berlebihan sebelum waktu tidur termasuk pikiran. Semakin lama bayi terjaga, akan semakin lelahlah ia. Bayi yang terlalu lelah sangat sulit untuk ditidurkan.

Semoga Bermanfaat

Mengajari Sisulung Menyayangi Adik Bayi

Kehadiran adik bayi pastinya bisa menambah keceriaan di keluarga. Namun, sepertinya hal itu belum tentu berlaku bagi si kakaknya. Si Kak...