Monday 18 December 2017

Beberapa Alasan Anak Malas Mendengarkan Omelan Orangtua


Anda pasti kesal jika anak Anda bertingkah ketika Anda menasihatinya, entah itu dengan membantah, main handphone, atau yang paling mengesalkan yaitu pergi meninggalkan Anda. Ada-ada saja tingkah laku anak saat Anda mencoba menasihatinya. Sebelum Anda hanya jadi kesal dan marah-marah, cari tahu dulu apa penyebab anak Anda tidak suka mendengarkan ocehan atau omelan orangtua.

Kenapa anak tidak suka jika mendengarkan omelan orangtua?

Jika anak Anda tidak mau mendengarkan Anda, jangan menyalahkan siapa pun. Tidak ada yang salah. Baik itu anak, pasangan, teman-teman anak, maupun Anda sendiri. Menurut Deborah MacNamara, Ph.D., seorang konselor anak dari Kanada, menolak, melawan, dan menentang adalah sifat alami manusia. Terutama jika Anda merasa dikendalikan dan dipaksa untuk melakukan sesuatu. Pendapat ahli ini dilansir dari Huffington Post Canada.

Tidak hanya anak, Anda mungkin merasakan hal yang sama saat ada seseorang yang mendikte Anda soal apa yang harus Anda pikirkan, lakukan, atau rasakan. Rasanya tidak enak ketika ada orang yang mengatur hidup Anda, bukan? Yang menjadi tantangan bagi orangtua adalah anak-anak belum mencapai kedewasaan untuk memahami alasan Anda mengomel sehingga anak lebih rentan terhadap reaksi berupa perlawanan.

Selain perlawanan, kenapa anak susah sekali mendengarkan kata-kata orangtua? 

Anda mungkin sering bertanya-tanya, apa yang salah dengan Anda atau si kecil sampai-sampai ia begitu sulit mendengarkan dan menggubris kata-kata orangtua. Supaya Anda lebih memahami isi pikiran si kecil dan bisa berkomunikasi dengan anak lebih efektif, simak lima alasan utamanya berikut ini.,.
1. Omelan orangtua biasanya terlalu panjang dan berbelit-belit
Ketika Anda mencoba menasihati anak dengan omelan panjang lebar, anak akan kehilangan fokus di tengah-tengah. Ini karena rentang perhatian anak-anak memang pendek, tak seperti orang dewasa yang mampu mendengarkan ceramah dosen berjam-jam, misalnya. Maka itu, anak bisa lupa apa maksud pembicaraan Anda sebenarnya sehingga ia kemungkinan besar akan mengulangi kesalahan yang sama. 

Diomeli orangtua juga membuat anak merasa bahwa orangtua tidak memedulikan pendapat atau kondisinya, karena orangtua hanya mau bicara terus-terusan tanpa mendengarkan dirinya.

Solusinya, tegur anak dengan kalimat yang padat, jelas, dan singkat. Ada saatnya di mana Anda harus bicara panjang lebar dengan anak soal masalah-masalah yang agak berat. Namun, hal tersebut juga harus dilakukan dalam suasana yang mendukung dan dengan cara yang menarik supaya anak tidak mudah kehilangan fokus.
2. Nada bicara atau kata-kata yang dipilih orangtua kurang tepat
Apakah Anda sering mengomeli anak dengan nada bicara tinggi? Sesekali bicara dengan nada tinggi untuk mendisiplinkan anak memang wajar. Namun, kalau hal ini selalu Anda lakukan berulang-ulang dan omelan Anda terlalu panjang, lama-lama anak tidak tahan juga mendengarnya. 

Sedangkan kalau selama ini Anda kebanyakan menggunakan kata negatif seperti “jangan”, “tidak boleh”, dan “dilarang”, anak jadi bingung apa yang harus diperbuatnya karena orangtua hanya bisa melarang, bukan memberi arahan. Begitu juga kalau orangtua mengomeli anak dengan kata-kata kasar yang merendahkan, misalnya menyebut anak “bodoh”. 

Sebagai gantinya, tegaskan perintah Anda dengan arahan yang jelas dan dengan nada bicara rendah seperti, “Adik, masukkan tasmu ke kamar sekarang.” Jangan hanya mengomel dengan berkata, “Tasnya jangan ditaruh di situ, dong! Berantakan jadinya! Harus diberi tahu berapa kali, sih, kamu?”. Bila anak belum beranjak juga, Anda bisa menegaskan lagi dengan kalimat seperti, “Ibu hitung sampai tiga, tasmu sudah harus dimasukkan ke kamar.”
3. Terbiasa mengancam atau membentak anak
Hati-hati kalau orangtua terlalu sering mengancam atau membentak anak. Anak yang terbiasa diberi tahu dengan keras cenderung mengabaikan orangtua ketika mereka tidak bicara dengan nada biasa. Akibatnya, Anda harus selalu menarik urat dulu kalau ingin anak mendengarkan omelan orangtua.
Karena itu, ubah kebiasaan ini secara perlahan. Bicaralah dengan suara dan nada yang sedikit pelan tapi tetap tegas.
4. Mengomel sambil melakukan hal lainnya
Jika Anda merasa anak tidak mendengarkan nasihat, coba pastikan dulu bahwa Anda dan anak sedang tidak sibuk melakukan hal lain. Sering kali Anda berbicara tanpa mendapatkan perhatian mereka terlebih dahulu, sehingga mereka tidak akan mendengarkan apa yang Anda katakan.

Kalau ingin anak mendengarkan kata-kata orangtua, bicaralah empat mata. Jangan bicara sambil mencuci piring, main handphone, dan sebagainya. Mengomel sambil melakukan hal lain akan membuat anak menyepelekan omelan orangtua.
5. Orangtua tidak memberi contoh
Anak-anak akan mengikuti perilaku orangtuanya. Ya, diam-diam anak selalu memerhatikan tindak-tanduk orangtuanya sebagai tolak ukur perilaku yang bisa diterima atau tidak. Karena itu, kalau orangtua sendiri tidak memberikan contoh yang baik seperti bagaimana caranya mendengarkan dan menghargai orang lain, anak akan menirunya. 

Misalnya, pasangan Anda sedang mengoceh tentang sesuatu. Bukannya mendengarkan dengan baik dan mencari solusinya, Anda malah sibuk mengerjakan hal yang lain sambil terus membela diri. Kebiasaan ini akan ditiru oleh anak ketika suatu hari Anda mengomel padanya. 

Maka, jadilah teladan yang baik bagi anak. Ketika anak sedang mengomel panjang lebar, ajak anak untuk duduk bersama dan membicarakan duduk permasalahannya baik-baik. Lama-lama anak akan belajar bagaimana caranya bersikap ketika punya konflik dengan orang lain.

=== Semoga Bermanfaat ===

Sumber :  https://hellosehat.com
               

No comments:

Post a Comment

Mengajari Sisulung Menyayangi Adik Bayi

Kehadiran adik bayi pastinya bisa menambah keceriaan di keluarga. Namun, sepertinya hal itu belum tentu berlaku bagi si kakaknya. Si Kak...