Banyak
pendapat yang dianut masyarakat terkait MPASI, namun sayangnya tidak
semuanya benar. Nah, apa saja fakta seputar MPASI yang wajib diketahui
oleh orangtua?
Menyambut
kelahiran buah hati adalah hal yang membahagiakan bagi setiap orangtua.
Semua peralatan sudah dipersiapkan, berbagai sumber cara mendidik anak
juga sudah dibaca, namun apakah Anda siap dengan dengan bekal
pengetahuan tentang cara pemberian nutrisi pada anak?
Setelah memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan, energi tidak lagi
cukup didapatkan dari ASI saja, saat itulah bayi membutuhkan sumber
energi tambahan dari bahan makanan padat pertamanya. Pengetahuan tentang
makanan pendamping ASI atau MPASI penting untuk dimiliki para orangtua
sebagai bekal pemberian makanan yang terbaik untuk bayinya.
Banyak pendapat yang dianut masyarakat terkait MPASI ini, namun
sayangnya tidak semuanya benar. Oleh karena itu, simak penjelasan
lengkap mengenai fakta seputar MPASI di sini:
- Semakin cepat memulai MPASI, semakin baik.
Fakta: Sesuai dengan rekomendasi WHO dalam “Complementary feeding: Family foods for breasfed children”, MPASI sebaiknya dimulai setelah bayi berusia 6 bulan atau 180 hari. Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan terbukti dapat melindungi bayi
dari infeksi saluran cerna (Kramer et al., 2001), dan meningkatkan
perkembangan motorik (Dewey et al., 2001). Selain itu, ASI eksklusif
selama 6 bulan dapat berfungsi sebagai KB alami dengan metode amenorea
pada ibu dan mempercepat penurunan berat badan setelah melahirkan (Dewey
et al., 2001).
Apakah ASI saja cukup memenuhi kebutuhan bayi? Jangan khawatir,
pemberian ASI saja selama 6 bulan sangat cukup memenuhi kebutuhan energi
bayi, dengan catatan status gizi ibu juga baik.
Dengan saran dari dokter, pemberian MPASI dapat dimulai lebih awal,
yaitu pada usia 4-6 bulan dengan kondisi sebagai berikut: 1) Berat badan
bayi tidak naik dengan memadai, sekalipun pemberian ASI sudah optimal;
2) Bayi cepat terlihat lapar kembali setelah mendapatkan cukup ASI. Kurang dari 4 bulan, bayi tidak direkomendasikan untuk diberikan
makanan tambahan, karena fungsi motorik lidah belum berkembang secara
sempurna dan saluran pencernaannya dianggap belum matang untuk mencerna
makanan padat yang masuk.
- Saat anak sudah mulai MPASI, frekuensi menyusui sebaiknya dikurangi.
Fakta: WHO merekomendasikan frekuensi menyusui harus
tetap dipertahankan sama dengan sebelumnya. Pemberian makanan padat
juga sebaiknya dilakukan setelah bayi menyusu. Susui bayi saat bayi
ingin menyusu, tidak perlu dibatasi. Di awal MPASI, ASI masih tetap
sebagai sumber utama energi bayi.
Pada bayi yang lebih tua usianya (12-23 bulan), 35-40% kebutuhan
energinya masih dipenuhi dari ASI. Selain itu, ASI adalah sumber asam
lemak esensial yang penting untuk tumbuh kembang bayi. Saat usia bayi
15-18 bulan, sebagian kebutuhan mikronutrien juga masih dipenuhi lewat
ASI, yaitu 70% vitamin A, 40% kalsium, dan 37% riboflavin.
- Pada awal perkenalan MPASI, sebaiknya langsung memberikan bahan makanan kombinasi kepada bayi.
Fakta: Sebagian besar sumber menyarankan pemberian makanan tunggal pada awal perkenalan MPASI, misalnya puree beras
merah dengan ASI. Tujuan yang pertama adalah perkenalan rasa tunggal
pada bayi. Rasa tunggal ini diperkenalkan selama tiga hari
berturut-turut. Selama tiga hari tersebut, dilakukan pemantauan apakah
terjadi reaksi alergi pada bayi atau tidak.
Reaksi alergi tersebut dapat berupa kemerahan pada kulit, konstipasi,
bahkan diare. Apabila makanan yang diberikan pada awal MPASI merupakan
kombinasi beberapa bahan makanan sekaligus dan terjadi reaksi alergi,
akan sulit menentukan bahan makanan mana yang sebenarnya menyebabkan
alergi tersebut.
- Ketika anak tidak mau makan, berikan jus sebanyak-banyaknya karena jus dapat memberikan energi pengganti makanan utamanya
yak jus justru akan semakin mengurangi nafsu makan anak dan dapat mengakibatkan fesesnya menjadi lebih cair. American Academy of Pediatrics (1998)
merekomendasikan pemberian jus tidak lebih dari 240 cc setiap harinya.
Selain itu, studi yang dilakukan di Amerika menunjukkan bahwa konsumsi
jus yang berlebih dapat mengakibatkan anak gagal tumbuh (Smith and
Lifshitz, 1994), postur tubuh pendek, dan obesitas (Dennison et al.,
1997).
Saat anak sedang sulit makan, misalnya karena sakit, tetap berikan
dukungan kepada anak untuk makan makanan utamanya. Namun janganlah
memaksanya. Tawarkan menu makanan yang menarik dan bervariasi dalam
porsi kecil namun sering, untuk meningkatkan nafsu makannya. Ciptakan
suasana yang menyenangkan saat anak makan.
- Madu adalah bahan makanan yang baik dan sehat untuk diberikan pada bayi.
Fakta: Madu tidak direkomendasikan untuk diberikan
pada bayi berusia kurang dari 12 bulan. Hal ini dikarenakan kemungkinan
terdapatnya bakteri Clostridium botulinum yang mungkin
mencemari madu. Bakteri ini dapat mengakibatkan konstipasi pada bayi,
hilangnya nafsu makan, lemas, dan gangguan pernapasan. Gejala akibat
infeksi Clostridium botulinum biasanya terjadi 3-30 hari setelah bayi mengonsumsi madu.
Setelah bayi berusia satu tahun, Anda baru boleh memberikannya madu
karena pencernaannya akan lebih matang dan pertahanannya akan lebih kuat
terhadap bakteri-bakteri pencemar makanan.
Semoga Bermanfaat
No comments:
Post a Comment